Susan Isaacs (1885-1948)

Telah di Baca 1505 kali

Susan Isaacs (1885-1948)
Robert Hinshelwood

Pijakan utama bagi praktik yang bijak dari seorang pendidik terlatih… memberikan suatu kerangka kerja yang kokoh untuk kontrol dan rutin serta bantuan nyata sesuai aturan-aturan sosial, namun tetap dengan kebebasan pribadi yang luas… (kerangka) ini juga merupakan koreksi terhadap ide bahwa seorang anak pernah belajar jika ia tidak dibentak atau dipukul, juga bagi gagasan bahwa anak tidak membutuhkan belajar, namun hanya perlu menunjukkan kebaikannya.

(Susan Isaacs 1933, hlm. 421)

Susan Isaacs memasukkan ide-ide psikoanalisis ke dalam pendidikan progresif di Inggris. Ia juga memberi andil bagi teori psikoanalisis dengan karyanya mengenai kehidupan “fantasi bawah  sadar”  (unconscious phantasy) yang berakar pada pemahamannya tentang anak-anak.

Ia dibesarkan di Bolton, Lancashire, sebagai seorang perempuan dari kawasan utara yang penuh semangat dan selalu berbicara jujur. Ayahnya adalah seorang wartawan sekaligus pendeta Metodis yang menentang karir putrinya tersebut (anaknya yang kesembilan) terutama menolak untuk mendidiknya ketika ia menyatakan diri sebagai agnostis. Namun, ia tetap mencoba mencari pekerjaan mengajar dan kemudian menjadi guru privat (governess) diluar kota.  Selanjutnya ia diterima di Manchester University dan kemudian mempelajari psikologi di Cambridge pada 1912, di sanalah pertama kali berkembang minatnya terhadap Freud.

Selama Perang Dunia I, ia mengikuti kursus di tempat pelatihan Brunswick Square Clinic yang memberikan perawatan untuk menyembuhkan penderita gangguan syaraf akibat perang dan menawarkan program latihan pertama dalam bidang psikiatri dan psikoanalisis di Inggris. Di sana ia bertemu dengan James Glover yang setelah perang mempengaruhinya untuk menemui Otto Rank di Berlin guna mempelajari lebih jauh tentang psikoanalisis.

Brunswick Square Clinic ditutup  tahun 1924. Kemudian Susan Isaacs bergabung dengan Btitish Psychoanalytical Society dan memprakarsai analisis baru dengan J.C. Fluget Pada 1924, ia membaca sebuah iklan di New Statesmar yang membutuhkan seorang sarjana untuk menjalankan sebuah sekolah yang menempatkan metode yang tidak konvensional.  Iklan tersebut dibuat oleh Geoffrey Pike penemu “gila”  (maxrick inventor)  selama masa perang. dengan isterinya Margaret, seorang pendiri dan perintis International Planned Parenthood Federation.

Geoffrey Pike sendiri tidak merasa bahagia, selama bersekolah dan ingin memberikan pengalaman berbeda kepada anak-anaknya,  Ia menggunakan rumah di luar Cambridge dan menunjuk Susan untuk mengelola Malting House School.

Munculnya perhatian akan tatanan sosial baru setelah Perang Dunia I, membuat gerakan “pendidikan baru” bergabung tahun 1920 dan membentuk New Education Fellowship.  Malting House School memberi andil bagi gerakan pendidikan progresif ini. Para pendiri sekolah-sekolah yang termasuk dalam gerakan ini bertujuan memperbaiki pengalaman pendidikan mereka sendiri. Biasanya, dasar bagi sekolah-sekolah tersebut adalah kebebasan untuk anak dalam proses belajarnya. New Education Fellowship menerbitkan  New Era sampai tahun 1940-an dan mengembangkan sejumlah eksperimen sejenis, meliputi eksperimen Elimhirst di Dartington Hall (1925),

eksperimen Dora Russel di Beacon Hill School (1 92f , dan eksperimen A.S. Neill di Sumfirerhill (1927). Sekolah-sekolah ini sangat dipengaruhi oleh Froebel diJerman dan Dewey di Amerika Serikat. Eksperimen Susan Isaacs dalam mengaix bertahan selama dua setengah tahun,dan pengalamannya tersebut ditulisnya dalam dua buku, The Intelectual Growtb in Young Children (London: Routledge, 7930) dan Social Development in Young Children (London: Routledge, 1933).

Kegiatan mengajar  Isaacs di Malting House School berakhir tahun 1927.  ketika bisnis Pike mulai gagal, Isaacs pun keluar dari sekolah tersebut karena banyak tekanan terhadap sekolah. Di samping itu, terdapat ketidaksepakatan dengan Pike mengenai arti penting kata dan bahasa dalam kehidupan anak kecil.  Persoalan inilah yang menjadi salah satu alasan Isaacs meninggalkan sekolah itu. Sekolah tersebut akhirnya ditutup. Pada waktu itu,  Flugel menjabat profesor psikologi di University College London (UCL). Pada 1927 ,berdasarkan pengalaman Isaacs di Malting House School, Flugel menunjuknya untuk mengajarkan perkembangan anak di UCL.  Flugel juga berhubungan dengan Sir Percy Nunn, seorang anggota British Psychroanalytical Society dan profesor di Institute of Education di London. Pada 1932, Nunn menuniuk Isaacs untuk mendirikan Jurusan Perkembangan Anak di Institute of Education tersebut.

Susan Isaacs berpandangan bahwa perkembangan intelektual anak berhubungan erat dengan perkembangan emosional, dan dalam hal ini ia tidak sepakat dengan Piaget. Kendati ia memasukkan gagasan – gagasan psikoanalisis ke dalam pendidikan, ia bukanlah yang pertama melakukannya. Di Inggris, Homer Lane mendirikan Little Common-wealth (1913-1917) di mana ia menawarkan perlakuan psikoanalisis Pada remaja bermasalah, laki-laki maupun Perempuan,  Pada saat yang sama, ia berusaha,memahami proses-proses politik yang dikembangkan oleh Dewey sebagai proses kelompok dalam pengertian psikoanalisis. Sementara di Eropa Daratan (Eropa Barat selain Inggris Raya), anak perempuan  Freud, Anna, yang telah menjadi guru, mengembangkan pedagogi psikoanalisis bagi anak. Bersama sejawat sejawat lainnya di  Wina-Hermine Hug-Hellmuth,  August Aichotn,  dan  Sigmund Bernfeld- ia menerapkan teori perkembangan naluriah (instinctual development) dalam pendidikan. Mereka menekankan arti penting sublimasi pada masa anak-anak dan perannya dalam proses belajar. Kuliah Anna Freud bagi para guru  pada 1930  merangkum riset mereka. Faktor utamanya, menurut mereka adalah superego.  Superego mengekang libido anak dan mengubahnya menjadi aktivitas belajar intelektual (task of intellectual learning) dan kegiatan mendapatkan keterampilan (acquisition of skills). Pendidikan, dengan demikian, adalah sebuah proses di mana naluri yang ditekan disalurkan ke dalam aktivitas-aktivitas yang bisa diterima oleh masyarakat. Proses inilah yang disebut sebagai sublimasi.

Isaacs, seperti pegiat pendidikan progresif lain di Inggris, berpandangan bahwa kebebasan di ruang kelas akan menghilangkan hambatan proses belajar atau distorsi perkembangan watak . Ia membangun budaya kebebasan dan mendorong permainan sebagai metode mengungkapkan kehidupan naluriah (Instinctual life), upaya memahami dunia, dan mengembangkan keterampilan yang tersublimasi. Karena teori psikoanalisis menyebutkan bahwa  neurosis disebabkan oleh tekanan (represi),  teori ini sering digunakan sebagai argumen untuk mendukung pendekatan yang permisif (serba boleh) di sekolah-sekolah progresif. Namun, Isaacs segera mengubah pendekatannya dengan sekadar membedakan kebebasan untuk berekspresi yang memunculkan persaingan dan agresi ekstrem antara anak bila mereka dibiarkan bebas. Meskipun pendidikan adalah proses sublimasi naluri, naluri yang bebas dapat juga menghambat perkembangan alami sublimasi dalam proses belajar dan pengungkapan diri ( self-expression). Jika keinginan-keinginan naluriah terlalu kuat anak-anak justru akan dikalahkan oleh keinginan itu dan kemudian terkekang, terbatas dalam pembentukan dan penggunaan simbol serta kata, dan proses belajarnya akan sangat terganggu Sehingga pandangan Isaacs berbeda dengan pandangan psikoanalisis yang digunakan di Wina dan mendukung superego anak. Ia cenderung mengikuti pemikiran Melanie Klein untuk memahami hal ini.

Segera setelah Melanie Klein pindah ke London dan bergabung dengan British Psychoanalytical Society tahun 1926, Isaacs semakin tertarik dengan psikoanalisis anak yang dikembangkan Klein dan agak berbeda dengan psikoanalisis yang dikembangkan Anna Freud. Klein telah merintis sebuah metode untuk anak tahun 1918 di Budapest bersama Sandor Ferenczi dan selanjutnya dengan Karl Abraham di

Berlin.   Metode Klein,  mampu menjangkau dunia bawah sadar anak berusia dua tahun sebilan bulan , dengan menggunakan  bentuk alami pengungkapan diri anak-anak, yaitu bermain. Klein menunjukkan aspek-aspek superego yang tidak diketahui kelompok Wina. Ia menunjukkan bahwa anak memperlihatkan penekanan pada agresinya. Sehingga anak tidak dengan sendirinya bermain secara lebih bebas hanya karena mendapatkan dorongan  (encouragement) , Walaupun banyak anak melakukannya. Kebebasan yang terlalu besar dapat menimbulkan kebebasan yang mengkhawatirkan karena kebebasan itu muncul dari desakan desakan agresi.  Superego tampak aktif pada usia paling dini kehidupan anak-anak dan bentuk superego aural biasanya berupa perilaku kasar (barsb). Klein menunjukan bahwa rasa bersalah yang muncul dari superego kuat menyebabkan anak menjadi sangat takut dan kemudian melahirkan perasaan ingin membalas dendam terhadap orang lain.  Sikap agresi bisa tumbuh sendiri. Intensitas siklus rasa bersalah, rasa takut dan keinginan untuk membalas dendam itu dapat mengakibatkan terhambatnya proses belajar anak.   Klein dan Isaacs sepakat bahwa rezim toleransi dapat mengurangi kekerasan superego yang bersemi di dalamnya. Namun, terlalu banyak toleransi akan mengakibatkan anak memiliki perasaan bersalah  (komentar Klein setelah Mengunjunagi  Malting  House School ketika ia pindah ke London).  Isaacs  menemukan perlunya keseimbangan  antara  kebebasan dan pengurangan kebebasan.

Di bawah pengaruh Klein, Isaacs menunjukkan bahwa Peran permainan bukan hanya pada pemahaman mengenai dunia dan mempelajari keterampilan yang tersublimasi.  Demikian juga dengan ungkapan aktual dari fantasi penderitaan (agonized phantasy)  yang dapat menghambat perkembangan anak. Peran inti fantasi tersebut bukan hanya dalam permainan tapi sebagai ungkapan kesulitan anak dalam belajar-melahirkan pandangannya yang rumit tentang perkembangan intelektual dan hubungan sosial. Penekanan pada permainan bebas mengalihkan perhatian dari naluri biologis menuju kapasitas ekspresif Bidang penelitian inilah yang menjadi andil paling signifikan dari  Isaacs bagi psikoanalisis dan memberikan dukungan terbesar terhadap Melanie Kiein.

Klein memiliki garis pemikiran dan praktik yang relatif berseberangan dengan Freud dan psikoanalisis klasik yang dikembangkan di Wina.  Perdebatan di antara mereka memang agak kasat,  namun perdebatan tersebut semakin memuncak ketika pada 1938,  Freud dan keluarganya mengungsi ke London.  Setelah Freud meninggal tahun 1939, mereka yang setia kepada Klein dan mereka yang setia kepada Anna Freud mulai membentuk kelompok-kelompok sendiri, dan berujung pada suatu “diskusi kontroversial” sejak 1943-1944 dalam pertemuan formal British psychoanalytical society selama 18 bulan membahas penemuan Klien. Selama masa itu Isaacs berperan sebagai  pengikut Klien yang paling dipercaya. Ia menjadi pembela ide-ide Klein  dan dengan ketanyaman pemikirannya menghadapi perdebatan yang sangat berat. Ia menulis makalah yang menjadi awal dari diskusi formal tersebut, The Nature and Fuction Of Phantasy (Isaacs 1948) dan makalah ini tetap menjadi teks klasik psikoanalisis. Kleinian  yang menegaskan bahwa fantasi adalah “ isi pokok proses mental bawah sadar “ (the Primary content of unoncious mental processes). Dalam perdebatan tersebut, Isaacs dengan gayanya sangat cerdik mematahkan argument Anna Freud dan kelompoknya dalam beberapa kesempatan. Ia tidak membantah para analis Wina tapi kekuatan pemikiran psikoanalisis Kleinian.

Perpaduan psikoanalisis dengan pendidikan adalah salah satu perkembangan terpenting dalam pendidikan pada abad ke-20.  Di UCL, dan kemudian di Institute of Education, London, Isaacs mengajar dan meneliti arti penting perkembangan emosional awal bagi kehidupan intelektual dan sosial anak. Ia sangat aktif menulis artikel pendek (kadang dengan nama “Ursula Wise”) tentang perkembangan anak dan pendidikan untuk anak di beberapa majalah populer. Sebagai seorang psikolog yang beralih menjadi pendidik, Isaacs telah memberi banyak sumbangan berupa gagasan-gagasan terbaru tentang perkembangan anak kepada guru. Selama tahun 1930-an ia menjabat sebagai kepala Bagian Pendidikan pada British Psychological Society.  Pada masa Perang Dunia II, ketika ia dievakuasi dari London bersama jurusan yang dipimpinnya ke Cambridge,  ia memimpin sekelompok psikolog Cambridge yang melakukan  Survei Evakuasi Cambridge untuk anak-anak dan keluarga yang dievakuasi. Survei ini menekankan pandangan anak.

Kegiatan pendidikan Isaacs diilhami oleh psikoanalisis dan konsep represi, sublimasi arti penting bermain, serta gagasan mengenai fantasi bawah sadar. Makalah klasiknya mengenai fantasi menjadi kontribusi abadi bagi psikoanalisis.

Karya  utama Isaacs:

  • The Intellectual Growth of Young Children, Routledge and Kegan Paul, (London, 1930)
  • Behaviour of Young Children, Routledge & Sons (London, 1930)
  • The psychological aspects of child development, Evans with the University of London, Institute of Education, (London [1930]) (First published as Section II of the 1935 volume of the Year Book of Education).
  • The children we teach: seven to eleven years, University of London, Institute of Education, (London, 1932)
  • The Social Development of Young Children: A Study of Beginnings, Routledge and Kegan Paul, (London, 1933).
  • Child Guidance. Suggestions for a clinic playroom, Child Guidance Council (London, 1936)
  • The Cambridge Evacuation Survey. A wartime study in social welfare and education. Edited by Susan Isaacs with the co-operation of Sibyl Clement Brown & Robert H. Thouless. Written by Georgina Bathurst, Sibyl Clement Brown [and others], etc., Methuen Press (London, 1941).
  • Childhood & After. Some essays and clinical studies, Routledge & Kegan Paul (London, 1948).
  • Troubles of children and parents, Methuen Press, (London, 1948)

Sumber:  Buku 50 Pemikir Pendidikan “ Dari Piaget Sampai Sekarang” Editor Joy A. Palmer

Share entrepreneurship

Telah di Baca 1505 kali